Selasa, 24 April 2012

Bismillaahi aktubu,
-Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Shalawatu wa Sallam bersabda:
“Iblis menaruh arsy-Nya di atas laut… (Iblis memerintahkan bala
tentaranya untuk mengganggu manusia, kemudian ada bala tentara Iblis
menemui Iblis, lalu ia melaporkannya kepada Iblis) hasilnya berbuat
demikian, demikian. Iblis pun berkata ‘kamu belum berhasil berbuat apa-
apa’. Kemudian datang lagi yang lain dan melapor ‘Aku senantiasa
menggoda seseorang hingga akhirnya aku berhasil memisahkannya
dengan istrinya.’ Iblis pun menyuruhnya untuk mendekat kepada dirinya,
dan berkata kepadanya ‘Engkau hebat dan kemudian Iblis memeluknya.’

Inilah bukti bahwa siaran-siaran Tv yang suka menggunjing, memakan
mayat-mayat saudaranya, tidak lain ialah agen-agen Iblis itu sendiri.
Begitu pula membuktikan bahwa ketenaran dan kebanggaan orang-orang terhadap mereka tidaklah menjamin bahwa mereka adalah kaum penghuni Surga.
-Juga dari golongan yang disebutkan oleh surah Al Jin, yakni yang
menambah kesalahan dan dosa.
Yaitu dengan cara mempelajari Sihir, namanya tenaga dalam.
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh (Semoga kedamaian,
kesejahteraan dan keselamatan dari segala aib bagi manusia, dan kasih
sayang kepada Allah dan keberkahan dari-Nya agar dicurahkan kepada
kalian).
Assalamu manit taba’al huda (Semoga keselamatan, kesejahteraan dan
keterlepasan dari aib kepada manusia yang mengikuti petunjuk).

TEKNIK MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH TEKNIK MENYUSUNKARYA TULIS ILMIAH

Penulisan karya tulis ilmiah memerlukan persyaratan baik formal maupunmateriil. Persyaratan formal menyangkut kebiasaan yang harus diikuti dalam penulisan; sedangkan persyaratan materiil menyangkut isi tulisan. Sebuahtulisan akan mudah difahami dan menarik apabila isi dan cara penulisannyamemenuhi persyaratan dan kebiasaan umum.
Dalam tulisan singkat ini akan digambarkan beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan oleh penulis sebuah karya tulis ilmiah termasuk laporan penelitian.

I. TOPIK
Topik atau pokok pembicaraan berasal dari kata Yunani "topoi". Dalam suatukarangan, topik merupakan landasan yang dapat dipergunakan oleh seorang pengarang untuk menyampaikan maksudnya. Banyak hal yang dapatdipergunakan sebagai sumber penentuan topik sebuah karangan, misalnya: pengalaman, keluarga, karier, alam sekitar, masalah kemasyarakatan,kebudayaan, ilmu pengetahuan, cita-cita, dan sebagainya.
Dari bermacam-macam hal yang dijadikan topik tersebut, seorang pengarangdapat menyusun karangan dalam bentuk:
a.Kisahan (Narasi):
karangan yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa.
b.Perian (Deskripsi):
karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengankeadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat,mendengar, mencium, merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengancitra penulisnya.
c.Paparan (Eksposisi):
karangan yang berusaha menerangkan ataumenjelaskari pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembacakarangan itu.
d.Bahasan (Argumentasi):
karangan yang berusaha memberikan alasanuntuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.

Syarat-syarat perumusan topik:
1. Topik harus menarik perhatian penulis
Untuk dapat menghasilkan karangan yang baik dengan data yang lengkap,seorang penulis harus memilih topik yang menarik perhatiannya. Topik yang tidak disenangi a.kan menimbulkan keengganan penulis dalammenyelesaikan tulisan. Sehingga pencarian data dan informasi untuk melengkapi karangan akan dilakukan dengan terpaksa.

2. Topik harus diketahui oleh penulis
Seorang penulis sebelum memulai menulis seyogyanya sudah mempunyai pengetahuan tentang hal-hal atau prinsip-prinsip dasar dari topik yangdipilih. Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut, seorang penulis dapatmengembangkan tulisannya menjadi suatu tulisan menarik, dengan caramelengkapi tulisan tersebut melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan.

3. Topik yang dipilih sebaiknya:
a. Tidak terlalu baru
Topik yang terlalu baru memang menarik untuk ditulis, akan tetapiseringkali penulis mengalami hambatan dalam memperoleh datakepustakaan yang akan dipakai sebagai landasan atau penunjang. Datakepustakaan yang diperoleh mungkin terbatas pada berita dalam suratkabar atau majalah populer.
b. Tidak terlalu teknis
Karangan yang terlalu teknis kurang dapat menonjolkan segi ilmiah.Tulisan semacam ini biasanya bersifat sebagai petunjuk tentang bagaimana tata cara melakukan sesuatu, tanpa mengupas teori-teori yangada.
c. Tidak terlalu kontroversial
Suatu tulisan yang mempunyai topik krontroversial menguraikan hal-haldi luar hal yang menjadi pendapat umum. Tulisan semacam ini seringmenimbulkan permasalahan bagi penulisnya.


II. TEMA
Tema berasal dari kata Yunani "tithenai". Tema mempunyai dua pengertianyaitu :
1. Suatu pesan utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
2. Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraandan tujuan yang ingin dicapai.

Sebuah tulisan dikatakan baik apabila tema dikembangkan secara terinci dan jelas. Adanya gagasan sentral, rincian yang teratur dan susunan kalimat yang jelas akan menghasilkan karangan yang menarik dan enak dibaca. Di sampingitu, seorang penulis juga harus menampilkan keaslian tulisannya. Keasliantersebut dapat dilihat dari beberapa hal, misalnya pokok permasalahan, sudut pandangan, cara pendekatan atau gaya bahasa dan tulisannya.

III. JUDUL
Apabila topik dan tema sudah ditentukan barulah penulis merumuskan judulkatya tulisnya. Judul yang dirumuskan sifatnya tentatif, karena selama proses penulisan ada kemungkinan judul berubah.Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merumuskan judul:
1. Judul hendaknya relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut;
2. Judul menimbulkan rasa ingin tahu seorang lain untuk membaca tulisan itu(bersifat provokatif);
3. Judul tidak mempergunakan kalimat yang terlalu panjang, jika judul terlalu panjang, dapat dibuat judul utama dan judul tambahan (subjudul);
4. Pada penulisan tertentu (yang ada hubungan sebab-akibat) seyogyanya judulharus memiliki
independent variable (variabel bebas) dan dependent variable (variahel terikat).

IV. KERANGKA KARANGAN
Agar penulis dapat menerangkan isi karangannnya secara teratur dan terinci,diperlukan suatu kerangka karangan. Kerangka karangan akan membantu penulis untuk menyusun karangan yang logis dan teratur, karena kerangkakarangan merupakan suatu rencana kerja seorang penulis.

Kegunaan kerangka karangan:
1. Untuk menyusun karangan secara teratur.
2. Membantu penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
3. Menghindari penguraian topik secara berulang-ulang.
4. Memudahkan mencari materi pembantu.

Perumusan kerangka karangan dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Kerangka kalimat
Kerangka kalimat merumuskan tiap bagian karangan dengan kalimat beritayang lengkap. Dengan demikian tujuan dan pokok pembahasan akan dapatdiketahui secara jelas baik oleh penulis sendiri maupun orang lain.
2. Kerangka topik
Perumusan kerangka topik dilakukan dengan menggunakan kata atau frasa.Kerangka semacam ini kurang memberikan kejelasan bagi orang lain yangmembacanya.

V. BENTUK LAHIRIAH
Karya tulis dari sudut bentuk dibedakan atas karya formal, semi formal, dan nonformal, sebaliknya informal bukan menyangkut bentuk tetapi menyangkutkeresmian. Tulisan dari sudut ini dibedakan atas tulisan formal (=formil) daninformal (=informil). Karya tulis formal adalah suatu tulisan/karangan yangmemenuhi semua persyaratan lahiriah yang ditentukan oleh kebiasaan; sedangkankarya tulis yang memenuhi sebagian dari syarat formal disebut semi formal.Apabila suatu tulisan tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka tulisantersebut disebut non formal. Tulisan disebut informal apabila tidak menggunakan bahasa resmi, di samping itu penulis juga memakai kata ganti orang pertamasebagai pengganti nama dirinya seolah-olah ia berhadapan dengan pembacanya(personal).
Bentuk lahiriah yang harus dipenuhi oleh suatu tulisan formal:
1. Bagian pelengkap pendahuluan
a. Judul pendahuluan
b. Halaman pengesahan
c. Halaman judul
d. Halaman persembahane. Kata pengantar f. Daftar isig. Daftar gambar, tabel, keterangan

2. Bagian isi karangan
a. Pendahuluan
b. Tubuh karangan
c. Penutup/Simpulan (dan saran)

3. Bagian pelengkap penutup
a. Daftar pustaka
b. Indeks
c. Lampiran

Karya tulis formal harus memakai bahasa resmi dan tanpa menyebutkan nama diriatau nama pengganti penulis. (impersonal) misalnya kata saya, kami , kita, kecualihanya pada kata pengantar.

VI. TEKNIK PENULISAN
Agar penulisan karya tulis sempurna, setelah isi dan bentuk lahiriah disusundengan cara yang semestinya, penulis juga harus mernpertahankan teknik penulisan berdasarkan persyaratan yang lazim.
Masalah teknis yang perlu diperhatikan, adalah:
1. Ukuran kertas
Karya tulis ilmiah umumnya mengggunakan kertas jenis HVS (60-80 gram) putih dengan ukuran kuarto ( 215 x 280 mm, jangan keliru dengan ukuran kertasA4 yaitu 210 x 297 mm).

2. Mesin tulis
Mesin tulis yang digunakan hendaknya memakai pika 10 (dalam satu inci dapatdiketik 10 karakter). Pengetikan dapat juga dilakukan memakai komputer, tetapi pemilihan huruf seyogyanya hanya Courier 12 (Contoh huruf Courier 12) di samping itu hasil cetakannya (print out) hendaknya tidak berbentuk titik-titik (dot matric)melainkan berbentuk seperti huruf pada mesin tulis biasa. Dalam istilahkomputer disebut NLQ (Near Letter Quality) atau LQ (Letter Quality).

3. Pita dan karbon
Pita maupun karbon yang digunakan hendaknya dalam keadaan baik:, sehinggamenghasilkan cetakan yang jelas dan tidak kabur.

4. Margin/pias (batas pinggir pengetikan)
Batas pengetikan adalah 4 cm untuk tepi kiri, 2,5 cm untuk tepi kanan, 4 cmuntuk tepi atas dan 3 cm untuk tepi bawah. Nomor bab diketik 6,5 cm dari tepiatas dan judul bab dimulai 8 cm dari tepi atas.

5. Pemisahan/pemenggalan kata
Pemenggalan kata ditandai dengan garis penghubung pada suku katasebelumnya. Garis penghubung tidak ditempatkan di bawah suku kata yangdipenggal. Seorang penulis juga harus memperhatikan adanya awalan atauakhiran dari sebuah kata yang dipenggal.

6. Spasi/kait
Jarak antara baris dengan baris mempergunakan spasi rangkap (dua spasi).Sedangkan untuk catatan kaki, bibliografi dan kutipan langsung yang lebih dariempat baris dipergunakan spasi rapat (satu spasi).Apabila awal alinea (paragraf dimulai dari pias paling kiri (tidak menjorok masuk ke dalam 5-7 ketikan), maka jarak antar alinea 3-4 spasi. Tetapi jika awalalinea dimulai dengan menjorok/masuk ke dalam sebanyak 5-7 ketikan, rnaka jarak antar alinea tetap dengan spasi ganda (2 spasi). Sedangkan jarak antara judul bab dan naskah dipakai 3-4 spasi.

7. Nomor halaman
Halaman pendahuluan ditandai dengan angka Romawi kecil, sedangkanhalaman-hataman selanjutnya menggunakan nomor dengan angka Arab. Nomor halaman dapat dicantumkan pada tengah halaman sebelah bawah atau sudutkanan atas.

8. Judul
Judul bab ditulis di bagian tengah atas dengan huruf kapital dan tidak digaris bawahi atau tidak ditulis di antara tanda kutip. Judul bab juga tidak diakhiridengan tanda titik.

9. Huruf miring
Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah.Huruf miring biasanya digunakan untuk:
a. Penekanan sebuah kata atau kalimat;
b. Menyatakan judul buku atau majalah;
c. Menyatakan kata atau frasa asing.

10. Penulisan angka
Untuk menuliskan angka dalam karangan, perlu diperhatikan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Bilangan di bawah seratus, yang terdiri dari satu atau dua kata, bilanganseratus dan kelipatannya, seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf;
b. Bilangan terdiri dari tiga kata atau lebih, ditulis dengan angka;
c. Bilangan pecahan biasanya ditulis dengan huruf,kecuali pecahan dari bilangan yang besar;
d. Persentase tetap ditulis dengan angka;
e. Nomor telepon, nomor jalan, tanggal dan nomor halaman ditulisdengan angka;
f. Angka tidak boleh dipergunakan untuk mengawali sebuah kalimat.

11.Penulisan kutipan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah, seorang penulis sering meminjam pendapat,atau ucapan orang lain yang terdapat pada buku, majalah, bahkan bunyi pasaldalam peraturan perundang-undangan. Untuk itu seorang penulis harusmemperhatikan prinsip-prinsip mengutip, yaitu:
a.Tidak mengadakan pengubahan naskah asli yang dikutip. Kalaupun perlumengadakan pengubahan, maka seorang penulis harus memberi keterangan bahwa kutipan tersebut telah diubah. Caranya adalah dengan memberi huruf tebal, atau memberi keterangan dengan tanda kurung segi empat;
b.Bila dalam naskah asli terdapat kesalahan, penulis dapat memberikan tanda [sic!] langsung di belakang kata yang salah. Hal itu berarti bahwa kesalahanada pada naskah asli dan penulis tidak bertanggung jawab atas kesalahantersebut;
c.Apabila bagian kutipan ada yang dihilangkan, penghilangan itii dinyatakandengan cara membubuhkan tanda elipsis (yaitu dengan tiga titik). Penghilangan bagian kutipan tidak boleh mengakibatkan perubahan maknaasli naskah yang dikutip.

Cara mengutip:
a Kutipan langsung terdiri dari tiga baris atau kurang
Cara menulis kutipan langsung yang panjangnya sampai dengan tiga baris,adalah sebagai berikut:(1) kutipan diintegrasikan dengan naskah;
(2) jarak antara baris dengan baris dua spasi;
(3) kutipan diapit dengan tanda kutip;
(4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi keatas.

b. Kutipan langsung terdiri lebih dari tiga baris
Sebuah kutipan langsung yang terdiri lebih dari tiga baris, ditulis sebagai berikut:
(1) kutipan dipisahkan dari naskah dengan jarak 3 spasi;
(2) jarak antara baris dengan baris satu spasi;
(3) kutipan bisa diapit tanda kutip, bisa juga tidak;
(4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi keatas;
(5) seluruh kutipan diketik menjorok ke dalam antara 5-7 ketikan;

c. Kutipan tidak langsung
Dalam kutipan tidak langsung penulis tidak mengutip naskah sebagaimanaadanya, melainkan mengambil sari dari tulisan yang dikutip.Cara menulis kutipan seperti ini adalah sebagai berikut:
(1) kutipan diintegrasikan dengan naskah;
(2) jarak antara baris dua spasi;
(3) kutipan tidak diapit dengan tanda kutip;
(4) akhir kutipan diberi nomor urut penunjukan yang diketik setengah spasi keatas.

12. Penulisan sumber kutipan
Seorang penulis yang mengutip pendapat orang lain harus mencantumkansumber kutipan yang bersangkutan.
Ada tiga cara penulisan sumber kutipan, yaitu:
a. American Psycological Associations Manual (APA)
Mencantumkan langsung sumber kutipan di akhir kutipan yang ditulisdalam tanda kurung.Contoh:
(Soerjono Soekanto, 1983: 23), artinya:Kutipan tersebut diambil dari buku karangan Soerjono Soekanto yang terbittahun 1983 pada halaman 23.
Dalam penulisan sumber semacam ini, tidak mudah untuk langsung menemukandari sumber mana/apa kutipan tersebut diambil. Pembaca sulit mengetahui judul buku yang dikutip. Seyogyanya pada setiap akhir bab dibuat daftar pustaka.Adapun cara menuliskan Daftar Pustaka dengan cara ini ialah, 1) namapengarang; 2) tahun terbit; 3) judul; 4)cetakan/edisi; 5) nama kota; 6) namapenerbit.

b. Modern Language Associations Handbook (MLA):
Memberi nomor urut pada setiap akhir kutipan, kemudian menulis sumber kutipannya di akhir bab, pada lembar khusus yang disebut "Catatan" Caramenuliskan sumber kutipan sama seperti menulis pada Catatan Kaki.Contoh :
C a t a t a n
1
Buchari Zainun, Manajemen dan Motivasi (Jakarta:Balai Aksara, 1979), hal. 27.
2
A. Hamzah, Hukum Pidana Ekonomi ,cet.II, (Jakarta:Erlanqga, 1977), hal. 21.
3
Ibid .
4
CFG Sunarjati Hartono, Hukum Ekonomi PembangunanIndonesia(Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman, 1982), hal. 148.
5
Hamzah, o p .cit .,hal. 45.

Ramalan Umum Taurus 2012

Merupakan masa-masa untuk melakukan pergerakan dan perpindahan terutama pada beberapa bulan pertama (Januari hingga April 2012). Namun demikian, di tahun 2012 ini banyak muncul masalah pribadi yang berpotensi mengacaukan fokus dan usaha sehingga pengendalian emosi dan suasana hati perlukan. Banyak rencana dan keinginan sepanjang tahun 2012, agar bisa terwujud maka mereka harus selektif dan juga bisa menentukan prioritas. Ada baiknya target yang diharapkan hendaknya realistis agar tak mengecewakan dan lebih mudah dicapai. Kebimbangan mudah muncul sehingga keputusan cenderung mudah berubah-ubah. Bila mereka tidak bisa tegas pada diri sendiri maka akan banyak usaha yang terhenti di tengah jalan karena kurang niat dan tidak bisa fokus dengan benar. Beberapa konflik besar mudah muncul namun juga mudah terselesaikan.

Selasa, 06 Maret 2012

Instrumen Penelitian, Pengumpulan Data, Analisa Data dan Tahapan Penelitian

Instrumen Penelitian Adalah Alat bantu yang digunakan peneliti untuk mendekati sasaran penelitian dan mampu membantu peneliti mendapatkan data penelitian
Contoh : Alat rekam, kamera, alat tulis, dll.

Pengumpulan Data Adalah Prosedur sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
Kelompok metode pengumpulan data :
1. Melakukan pengamatan langsung (observasi)
2. Menggunakan pertanyaan

Analisa Data Adalah Proses telaah dan pencarian makna dari data yang diperoleh untuk menemukan jawaban dari masalah penelitian.

Tahapan Penelitian Adalah urut-urutan langkah yang akan dilakukan atau ditempuh dalam penelitian.

Pengukuran Variable

Pengukuran : suatu proses kuantifikasi atribut (kualitatif) dari suatu materi atau obyek sehingga diperoleh angka (bilangan) menggunakan aturan tertentu.

SKALA PENGUKURAN
Davis dan Consenza (1993) : A measurement scale can be defined as a device that is sed to assign numbers to aspects of objects and events.
Malhotra (1996) : Scaling is the process of placing the respondents on continumwith respect to their attitude toward objects or events
Intinya : perleng kapan untuk mendapatkan angka (kuantitatif) berdasarkan sikap responden terhadap obyek atau kejadian.

Teknik Pembuatan Skala:
•Pembadingan : rangking
•Bukan pembandingan : skala rating kontinyu dan item

Model Skala : Likert, Thurstone, Guttman, Stapel, dll

PENGUKURAN VARIABEL
PROSES PENGUKURAN VARIABEL
(1) Definisi Operasional Variabel (DOV) atau Konsep tualisasi ; adalah pemberian arti operasional terhadap variabel (ada yang menyebut konsep) yang tercantum didalam hipotesis penelitian Definisi ini didasarkan pada teori-teori yang sesuai, agar pengukuran bersifat valid secaraisi (content validity).
(2) Identifikasi Dimensi (partikular) dari variabel sesuai DOV (optional).
(3) Identifikasi Indikator (partikular) dari setiap dimensi atau variabel.
(4) Sistem respon yang ingin diukur : affective domain (perasaan/ sikap terhadap sesuatu), conative domain (tendensi untuk bertingkahlaku) atau cognitive domain (tahu atau tidak tahu).
(5) Susun item (pertanyaan) boleh negatif (unfavorable) atau positif (favorable), tidak direkomendasikan ada item netral.
(6) Tetapkan banyaknya respon pada setiap item : 3, 5, 7, 9 atau 11, yang banyak digunakan adalah 5
(7) Tetapkan skor (bukan skala) pada setiap respon : 1 = sangat tidak setuju, 2 = setuju, 3 = tidak punya pilihan, 4 = setuju, 5 = sangat setuju
(8) Asumsi : harus ada contimum
(9) Banyaknya respon jawaban setiap item lebih baik sama
(10) Tetapkan skala yang akan digunakan. Hasil pengamatan berupa skor diubah ke skala(MSI dari Thurston atau Likert Scale)
(11) Kembangkan dan susun instrumen penelitian, berupa daftar pertanyaan(kuisioner)
(12) Uji coba instrumen : uji validitas dan reliabilitas

CONTOH : Pengukuran Variabel Kualitas Layanan
(1) DOV menurut Pasuramanet al. (1990)
(2) Dimensi : Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy dan Tangibles
(3) Indikator dimensi Tangibles : penampilan gedung, peralatan, perlengkapan kantor dan sarana / media komunikasi yang dimiliki
(4) Kembangkan setiap indikator menjadi pertanyaan : Apakah saudara setuju jika peralatan kantor perusahaan ini adalah memadai?
(5) Sistem respon yang ingin diukur : affective domain (sikap terhadap sesuatu)
(6) Banyak respon = 5, untuk semua item
(7) Model skor :
(a) sangat setuju (5), setuju (4), tidak ada pilihan (3), tidak setuju (2) dan sangat tidak setuju (1), untuk pertanyaan yang positif
(b) sangat setuju (2), setuju (2), tidak ada pilihan (3), tidak setuju (4) dan sangat tidak setuju (5), untuk pertanyaan yang negatif
(8) Asumsi : contimum dari sikap
(9) Tentukan skala yang akan digunakan : Likert

UJI COBA INSTRUMEN
• Kondisi ujicoba harus menjamin diperolehnya data yang benar-benar mencerminkan keadaan sebenarnya
• Dilakukan sekurang-kurangnya terhadap 30 responden

ANALISIS HASIL UJI COBA
Uji validitas :
• Face validity : Koreksi dari ahli
• Uni dimensionalitas : GFI > 0.90 (LISREL atau AMOS)
• Uni dimensionalitas : An. Faktor Konfirmatorisig. 1 faktor(SPSS)
• Kriteria : r > 0.3 ; korelasi skor indikator dengan skortotal (SPSS)

PENGUKURAN VARIABEL
UjiReliabilitas:
• Internal consistency : Alpha Cronbach, α≥0.60 (SPSS)
• Construct Reliabity : ρη(SEM, LISREL, AMOS)

INTRANEOUS VARIABLES & EXTRANEOUS VARIABLES

INTRANEOUS VARIABLES
Variabel tergantung (dependent variables) : suatu variabel yang tercakup didalam hipotesis penelitian, yang keragamanny adipengaruhi oleh variabel lain.

Variabel bebas (independent variables) : suatu variabel tercakup didalam hipotesis penelitian, yang mempengaruhi variabel tergantung. Keragamannya : intervensi peneliti, suatu keadaan atau kondisi atau fenomena yang ingin diselidiki, diteliti atau dikaji.

Variabel antara (intervene variables) : variabel yang bersifat menjadi perantara (mediating) dari hubungan variabel bebas kevariabel tergantung.

Variabel Moderator adalah variabel yang bersifat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung.

EXTRANEOUS VARIABLES
Variabel pembaur (confounding variables) : suatu variabel yang tidak tercakup dalam hipotesis penelitian, akan tetapi muncul dalam penelitian dan berpengaruh terhadap variabel tergantung. Pengaruhnya mencampuri atau berbaur dengan variabel bebas.

Variabel kendali (control variables) : adalah variabel pembaur (cofounding) yang pengaruhnya dapat dikendalikan. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara blocking atau kriteria ekalusi-inklusi, yaitu mengeluarkan obyek yang tidak memenuhi kriteria (ekslusi) dan mengambil obyek yang memenuhi kriteria.

Variabel penyerta (concomitant variables) : variabel pembaur (cofounding) yang tidak dapat dikendalikan, sehingga tetap menyertai (terikut) dalam proses penelitian. Konsekuensinya, data tersebut harusdi amati. Pengaruh baurnya dihilangkan (dieliminasi) pada tahapan alisis data.

Metode Penelitian

1. Jenis penelitian
2. Populasi dan sampling
3. Variabel dan definisi operasional
4. Instrumen penelitian
5. Pengumpulan data
6. Analisis data
7. Skema / alur penelitian / tahapan penelitian

JENIS PENELITIAN
􀀤 menentukan pilihan metodologis penelitian POPULASI DAN SAMPLING PENELITIAN
􀀤 Populasi : jumlah keseluruhan obyek yang diteliti (N)
􀀤 Sample : sebagian jumlah obyek yang diteliti (n)
􀃘 Teknik sampling : Teknik random (acak) & teknik non-random Teknik random :
1. simpel random sampling 􀀢representasi, tabulasi
2. stratified random sampling 􀀢bagi populasi yg terstrata
3. cluster random sampling 􀀢populasi besar & heterogen

Jenis hipotesis penelitian

1. Hipotesis Nol (Ho) 􀀤adalah hipotesis yg menyatakan tdk adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dlm rumusan hipotesis, yg diuji adalah ketidak benaran variabel (X) mempengaruhi (Y). Ex: “tdk ada hubungan antara warna baju dg kecerdasan mahasiswa”.
2. Hipotesis Kerja (H1) 􀀤adalah hipotesis yg menyatakan adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) yg diteliti. Hasil perhitungan H1tersebut, akan digunakan sbg dasar pencarian data penelitian.

Kerangka Konseptual & Hipotesis Penelitian

1. Kerangka Konseptual adalah skema, alur atau kerangka berpikir dari penelitian
2. Hipotesis, merupakan
a. Jawaban sementara atas masalah yang harus dibuktikan secara empiris
b. Rangkuman dari kesimpulan teoritis yang diperoleh dari telaah kepustakaan
c. Secara teknis ��pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian
d. Secara eksplisit ��pernyataan mengenai keadaan parameter populasi(X, Y, Z) yang akan diuji melalui statistik sampel
e. Secara Implisit ��prediksi yang taraf ketepatan prediksinya tergantung pada taraf kebenaran ketepatan landasan teorinya

Tinjauan Pustaka Penelitian

Sumber Bacaan, meliputi :
1. Sumber Acuan Umum :
a. Isi ��teori, konsep
b. Rujukan ��Buku, teks, ensiklopedi
c. Prinsip ��kemutakhiran

2. Sumber Acuan Khusus :
a. Isi ��laporan tentang hasil penelitian lain
b. Rujukan ��jurnal, skripsi, tesis dan disertasi

Proposal Penelitian Kuantitatif

Klasifikasi bab dalam penelitian :
􀀠Bab 1 Pendahuluan
􀀠Bab 2 Tinjauan Pustaka
􀀠Bab 3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
􀀠Bab 4 Metode Penelitian
􀀠Bab 5 Data dan Analisis Hasil Penelitian
􀀠Bab 6 Pembahasan
􀀠Bab 7 Penutup

Bab 1 Pendahuluan
1. Topik Penelitian 􀀤karakter topik penelitian adalah :
a. Mengacu pada urgensitas 􀀤penting/gunanya
b. Membuahkan sesuatu yang baru bagi ilmu pengetahuan
c. Bermanfaat bagi masyarakat saat ini dan dimasa depan
d. Aktual

2. Mengidentifikasikan Masalah 􀀤mendefinisikan masalah :
a. Menurut Intensitas
b. Menurut Distribusi
c. Menurut Ukuran yang baik
d. Menurut Kejadian

Tujuan identifikasi 􀀤memusatkan penelitian pada aspek yang penting
1. Masalah dapat diteliti bila :
a. Ada kesenjangan antara ide dengan fakta
b. Ada pertanyaan mengapa kesenjangan terjadi
c. Ada

2. jawaban yang mungkin dan jelas

3. Pemilihan masalah 􀀤dilakukan dari 2 arah :
a. Dari arah masalah : layak atau tidak secara obyektif 􀀤Aspek teoritis dan Aspek praktis
b. Dari sisi peneliti 􀀤secara subyektif: sarana, prasarana, keterbatasanwaktu, biaya dan tenaga
Sumber masalah :
- Bacaan 􀀤Jurnal atau laporan penelitian
- Hasil diskusi formal atau infomal
- Statemen pemegang otoritas keilmuan atau kekuasaan
- Hasil observasi pada masyarakat
- Pengalaman pribadi
- Intuisi, dll

4. Perumusan Masalah :
a. Hasil rumusan masalah menjadi penentu langkah selanjutnya
b. Menggunakan kalimat pertanyaan (research question)
c. Rumusan masalahh arus dlm kalimat yg singkat, padat dan jelas 􀀤isinya memuat variabel yang akan diteliti
d. Hasil penelitian menjawab research question
Syarat masalah dapat diteliti (Hulley & Cumming dlm Design Clinical Reseach)
F isible 􀀤mampu melaksanakan masalah dan trend
I nteresty 􀀤masalah tsb menantang secara intelektual
N ewvalue 􀀤memberi nilai baru terkait dg keaslian penelitian
E tis 􀀤tidak bertentangan dengan etika
R elevant 􀀤cukup layak untuk diteliti
FINER, 􀀤banyak INVENTARISASI literatur

5. Justifikasi

Metode Kuantitatif

Kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggunakan rancangan penelitian berdasarkan prosedur statistik atau dengan caralain dari kuantifikasi untuk mengukur variabel penelitiannya.

Langkah-langkah pokok penelitian ilmiah :
1. Identifikasi masalah
2. Studi pustaka
3. Penyusunan hipotesis penelitian
4. Penyusunan disain riset
5. Identifikasi, klasifikasi, & definisi variabel penelitian
6. Penentuan instrumen penelitian
7. Pengolahan dan analisa data
8. Penyusunan laporan penelitian

Selasa, 21 Februari 2012

Apakah Pengertian Agama Islam itu?


Ustadz, Apakah pengertian agama Islam itu? Apakah Islam hanya turun kepada Nabi Muhammad ataukah diturunkan juga kepada para nabi sebelum Rasulullah saw.?

Pengertian Islam bisa kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek peristilahan.

Dari segi kebahasaan, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai.

Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah swt. disebut sebagai orang Muslim.

Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah swt. dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Hal itu dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan telah menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.

Senin, 20 Februari 2012

Profil BEM STIE Tamansiswa Banjarnegara Periode 2012-2013

PENDAHULUAN
Badan Eksekutif Mahasiswa yang disingkat BEM adalah lembaga kemahasiswaan internal kampus yang berkonsentrasi meningkatkan civitas akademik kemahasiswaan. Keberadaannya disetiap kampus merupakan sarana kelengkapan organisasi kemahasiswaan, BEM merupakan lembaga eksekutif mahasiswa tertinggi di tingkat Perguruan Tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tamansiswa Banjarnegara.
Wujud pengembagan civitas akademik kemahasiswaan yang dimaksud tercermin dari program – program BEM yang dirumuskan secara musyawarah dan dilaksanakan dengan penuh loyalitas dan tanggung jawab, hal ini menggambarkan bentuk penghargaan terhadap peran dan fungsinya sebagai tonggak terdepan dalam memperjuangkan kepentingan mahasiswa STIE Tamansiswa Banjarnegara, dilain sisi diharapkan terwujud sinergitas antara lembaga mahasiswa dengan senat dosen dan masyarakat secara umum.
SAMBUTAN KETUA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM) STIE TAMANSISWA BANJANEGARA
Assalaamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh
Salam dan Bahagia,
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Alloh SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas kemurahan dan limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) angkatan 2012/2013 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Tamansiswa Banjarnegara telah terbentuk dan semoga kami dapat melanjutkan kegiatan – kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) angkatan 2011/2012 STIE Tamansiswa Banjarnegara. Terbentuknya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) angkatan 2011/2012 STIE Tamansiswa Banjarnegara tidak lain adalah suatu program kerja dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) angkatan 2011/2012 dimana kegiatan – kegiatan yang telah dilaksanakan harus terus dijaga dan ditingkatkan kegiatannya demi kemajuan para Mahasiswa STIE Tamansiswa Banjarnegara pada khususnya dan tentunya kemajuan bagi STIE Tamansiswa Banjarnegara.
Para Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang harus terus dilatih dan dikembangkan potensi dalam diri para Mahasiswa sehingga dapat menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berguna bagi nusa dan bangsa. Untuk itu Badan Eksekutif Mahasiswa adalah sebagai wadah dan media bagi para Mahasiswa untuk mengekspresikan diri, berlatih dalam berbagai even – even / kegiatan – kegiatan yang positif dan sebagai awal pengenalan bagi Mahasiswa cara berorganisasi sehingga para Mahasiswa nantinya siap dan sanggup terjun dalam dunia industry dan bisnis, selain itu BEM juga berfungsi sebagai tempat untuk mengembangkan potensi diri pada Mahasiswa.
Diharapkan dengan adanya wadah ini para Mahasiswa dapat menjadi pioneer pembaharuan kemasa depan yang lebih baik di dalam STIE Tamansiswa Banjanegara pada khususnya dan Kota Banjarnegara serta Bangsa Indonesia.
Wassaalamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIE Tamansiswa Banjarnegara Periode 2012/2013
Ahmad Mudhakir a.mudhakir@yahoo.co.id
I. PENDAHULUAN
Badan Eksekutif Mahasiswa adalah wadah / tempat para Mahasiswa berorganisasi dan mengekspresikan serta mengembangkan bakat diri mereka. BEM STIE Tamansiswa Banjarnegara Periode 2012/2013 memprogramkan diri untuk lebih memajukan STIE Tamansiswa Banjarnegaera dengan lebih mengaktifkan dan menghidupkan Kegiatan Usaha Mahasiswa (UKM) yang ada sesuai dengan potensi – potensi yang dimiliki para Mahasiswa.
Selain itu BEM STIE Tamansiswa Banjarnegara juga akan lebih memperkenalkan keberadaan STIE Tamansiswa Banjarnegara kepada masyarakat Kota Banjarnegara sebagai salah satu dan satu – satunya Sekolah Tinggi yang berbasis ekonomi di Kota Banjarnegara. BEM STIE Tamansiswa Banjarnegara selama ini belum aktif secara penuh sehingga pada periode 2012/2013 akan berusaha lebih aktif dalam segala kegiatan – kegiatan yang berpotensi untuk memajukan STIE Tamansiswa Banjarnegaera sesuai dengan keinginan dan bakat dari para Mahasiswa STIE Tamansiswa Banjarnegara itu sendiri.
Dengan tetap berpegang teguh pada aturan dan tata tertib serta norma – norma yang dijunjung tinggi oleh perguruan Tamansiswa dengan pada ajaran – ajaran yang diwariskan dari Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau biasa dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara yang mempelopori pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda sehingga dia disebut sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia.
Karena itulah tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara sekarang ini diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia, dan patutlah kita sebagai titisan dari Ki Hadjar Dewantara untuk meneruskan perjuangannya dan mengharumkan nama Perguruan Tamansiswa.
II. SEJARAH SINGKAT
Sekembalinya Ki Hadjar Dewantara dari pengasingan ke tanah air Indonesia pada tahun 1918, Ki Hajar Dewantara mencurahkan perhatiannya di bidang pendidikan sebagai salah satu bentuk perjuangan meraih kemerdekaan. Bersama rekan – rekan seperjuangan lainnya, Ki Hajar mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 Juli 1922.
Taman Siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Perjuangan Ki Hajar Dewantara tak hanya melalui Taman siswa, sebagai penulis, Ki Hajar Dewantara tetap produktif menulis untuk berbagai surat kabar. Hanya saja kali ini tulisannya tidak bernuansa politik, namun beralih ke bidang pendidikan dan kebudayaan. Tulisan KI Hajar Dewantara berisi konsep – konsep pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan kebangsaan.
Melalui konsep – konsep itulah dia berhasil meletakkan dasar – dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah – sekolah Perguruan Tamansiswa.
STIE Tamansiswa Banjarnegara didirikan di bawah naungan Yayasan Pendidikan Tinggi Tamansiswa Banjarnegara dengan Akta Notaris Nomor : 27. tanggal 19 Oktober 2002 dan Akta Perubahan Nomor : 16. tanggal 10 Februari 2003 dengan Nama Notaris : Soni Dewangkara bertempat di Banjarnegara.
Adapun para Pendiri Yayasan, terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu Pemerintah Daerah. Tokoh Masyarakat pemerhati Pendidikan Tinggi dan Tokoh Tamansiswa di Banjarnegara. Pendirian STIE Tamansiswa Banjarnegara dilatar belakangi pengembangan dan penanganan para lulusan SMK, SMA, MA baik negeri maupun swasta yang ada di Kabupaten Banjarnegara khususnya dan sekitarnya. Kemudian mendukung Kebijakan Pemerintah Daerah tentang Rencana Strategis Bidang Pendidikan dan Pengembangan Ekonomi (Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan).
Selain itu, fenomena merebaknya Perguruan Tinggi baik Negeri maupun swasta yang pada tahun 2003 sudah mencapai 15 Perguruan Tinggi yang mengadakan perkuliahan di Banjarnegara semakin menguatkan semangat para pendiri untuk merealisasikan Perguruan Tinggi yang mandiri, berkualitas dan biaya terjangkau. Dari latar belakang tersebut diatas, didirikan Perguruan Tinggi yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tamansiswa Banjarnegara dengan 2 (dua) Program Studi, yaitu Manajemen dan Akuntansi jenjang S1. Dengan berdirinya STIE Tamansiswa Banjarnegara maka berdirilah pula Badan Eksekutif Mahasiswa STIE Tamansiswa Banjarnegara karena BEM adalah bagian dari STIE Tamansiswa Banjarnegara itu sendiri. Dimana BEM STIE Tamansiswa difungsikan sebagai wadah untuk berlatih berorganisasi dan mengekspresikan serta mengembangkan bakat diri para Mahasiswa.
BEM STIE Tamansiswa Banjarnegara Periode 2012/2013 resmi dijabat pada tanggal 20 Januari 2012 kepada Saudara Ahmad Mudhakir untuk dilanjutkan kegiatannya dalam mengembangkan Kreatifitas para Mahasiswa STIE Tamansiswa Banjarnegara.
III. VISI
Menciptakan Mahasiswa yang aktif, kreatif dan berwawasan luas dalam dunia bisnis dengan menjunjung tinggi nilai – nilai pancasila.
IV. MISI
1. Mengaktifkan dan mengembangkan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
2. Menggali dan mengembangkan potensi – potensi para Mahasiswa.
3. Menciptakan Mahasiswa yang produktif dan aktif.
4. Mengembangkan dan melatih kepribadian para Mahasiswa dalam organisasi.
5. Menciptakan mahasiswa yang penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas.
6. Menciptakan peran serta Mahasiswa kepada STIE Tamansiswa Banjarnegara dan Masyarakat Umum.
V. TUJUAN
1. Tercipta Kegiatan Usaha Mahasiswa.
2. Mencetak Mahasiswa yang aktif, kreatif dan produktif.
3. Mencetak Mahasiswa yang mampu berorganisasi.
4. STIE Tamansiswa dikenal oleh Masyarakat luas.
VI. STRUKTUR ORGANISASI/LEMBAGA KEMAHASISWAAN
Struktur organisasi/lembaga kemahasiswaan yang ada dilingkungan STIE Tamansiswa Banjarnegara adalah sebagai berikut :
VII. STRUKTUR ORGANISASI BEM
1. Ketua • Ahmad Mudhakir
2. Sekretaris • Alfian Rochmawati
3. Bendahara • Ratri Kurniyawati
4. Humas • Dwi Wachyuni
VIII. PEMBINAAN MAHASISWA
Pembinaan mahasiswa melalui jalur ekstrakuler dan kokurikuler dilakukan sebagai berikut :
1. Kegiatan pembinaan jalur ekstrakurikuler dilaksanakan melalui lembaga/organisasi kemahasiswaan, yang semuanya berada di bawah koordinasi badan eksekutif mahasiswa (BEM). Dalam pembinaan jalur ekstrakurikuler ini, BEM dapat membentuk beberapa unit guna mewadahi hobi, minat, dan bakat mahasiswa.
2. Kegiatan pembinaan jalur khusus (kokurikuler) dilaksanakan dalam upaya menunjang secara langsung program kurikuler.
BEM Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tamansiswa Banjarnegara berfungsi :
1. Menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa STIE Tamansiswa Banjarnegara.
2. Merencanakan dan menetapkan garis – garis besar program kegiatan kemahasiswaan.
3. Membidangi organisasi kemahasiswaan yang bersifat kokurikuler yang dilaksanakan oleh BEM.
4. Membidangi organisasi kemahasiswaan yang bersifat ekstrakurikuler yang operasionalnya dilaksanakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
5. Mengkomunikasikan mahasiswa antar organisasi kemahasiswaan BEM fakultas dan unit kegiatan mahasiswa (UKM) di tingkat perguruan tinggi.
 BEM STIE Tamansiswa Banjarnegara periode 2010 – 2011 diketuai oleh Ismawan (Program Akademik Manajemen)
 BEM STIE Tamansiswa Banjarnegara periode 2011 – 2012 diketuai oleh Turno (Program Akademik Akuntansi).
 BEM STIE Tamansiswa Banjarnegara periode 2012 – 2013 diketuai oleh Ahmad Mudhakir (Program Akademik Manajemen).
IX. LEMBAGA/ORGANISASI KEMAHASISWAAN
Lembaga atau organisasi kemahasiswaaan dibentuk untuk melaksanakan peningkatan penalaran, minat dan bakat, serta kesejahteraan mahasiswa dalam kehidupan kemahasiswaan diperguruan tinggi.
Organisasi kemahasiswaan tersebut diselenggarakan dari, oleh dan untuk mahasiswa . Hanya ada satu organisasi kemahasiswaan internal di STIE Tamansiswa Banjarnegara , yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Dalam rangka operasionalisasi kegiatan – kegiatan kemahasiswaan dibidang ekstrakurikuler dan kokurikuler, BEM membentuk beberapa UKM. Pimpinan organisasi kemahasiswaan bertanggung jawab pada pimpinan Perguruan Tinggi STIE Tamansiswa Banjarnegara. Pengurus masing – masing UKM bertanggung jawab pada pengurus BEM Perguruan Tinggi STIE Tamansiswa Banjarnegara.
Fungsi dan tugas pokok BEM STIE Tamansiswa adalah mengkoordinasikan seluruh kegiatan kemahasiswaan intern yang ada pada lingkungan STIE dalam rangka membantu pimpinan Perguruan Tinggi dengan pembinaan dan pengembangan kehidupan kemahasiswaan sebagai wadah pengembangan bakat dan minat para Mahasiswa serta sebagai forum diskusi, musyawarah, tukar menukar informasi dan komunikasi guna mencapai tujuan pendidikan di STIE Tamansiswa Banjarnegara.
X. UNIT KEGIATAN MAHASISWA
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan wadah kegiatan mahasiswa untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat dan minatnya masing – masing dan keanggotaannya bersifat sukarela sesuai dengan kesamaan minat/bakat mahasiswa. System keanggotaan iuran sesama anggota UKM diatur secara mandiri oleh pengurus UKM bersama BEM dibawah arahan pimpinan Perguruan Tinggi.
Tugas pokok UKM adalah merencanakan dan melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler pada tingkat perguruan tinggi yang bersifat lintas fakultas/program studi dalam bidang kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Fungsi UKM adalah sebagai wahana untuk melaksanakan dan mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler tertentu di tingkat perguruan tinggi yang bersifat lintas fakultas/program studi, baik yang bersifat penalaran dan keilmuan, minat dan bakat, kesejahteraan, maupun pengabdian pada masyarakat.
Kegiatan – kegiatan ekstrakuler dan kokurikuler Mahasiswa yang ada di STIE Tamansiswa Banjarnegara terbagi dalam beberapa UKM yang di laksanakan dan di koordinir sepenuhnya oleh Mahasiswa dan dibina oleh Ketua Bidang Kemahasiswaan, kegiatan – kegiatan tersebut antara lain :
1. UKM Seni Budaya
• Melaksanakan kegiatan dibidang seni dan budaya untuk mengembangkan potensi seni dan budaya para mahasiswa STIE Tamansiswa Banjarnegara sebagai tempat mengekspresikan diri para mahasiswa. • Koordinator ; Ita Ayu Febriana
2. UKM Pencinta Alam
• Melaksanakan kegiatan dibidang pelestarian terhadap alam dan kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan alam sebagai bukti peran serta mahasiswa dalam kecintaan dan kepedulian terhadap alam. • Koordinator ; Linda Nurohmawati
3. UKM Bakat Minat
• Melaksanakan kegiatan dibidang olahraga para mahasiswa untuk menjaga kesehatan para mahasiswa serta agar mahasiswa dapat mengukir prestasi lewat olahraga. • Koordinator ; Sumarno
4. UKM Penalaran
• Melaksanakan kegiatan penalaran, kreatifitas, aktifitas dalam bidang IPTEK, Penelitian, Kewirausahaan, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Karya Ilmiah. • Koordinator ; Alfian Rochmawati
5. Koperasi Mahasiswa (KOPMA)
• Koordinator Utama ; Ahmad Mudhakir • Pembantu Utama & Sekretaris ; Fernida Sulistyawati • Pengawas & Bendahara ; Lina Setiawati • Jenis Kegiatan Koperasi Mahasiswa (KOPMA) o Pelaksana I ; Ratri Kurniyawati o Pelaksana II ; Purwanti Setyaningsih
XI. KALENDER RENCANA KERJA BEM
Program kerja BEM di rencanakan oleh pengurus aktif BEM STIE Tamansiswa Banjarnegara selama 1 periode kedepan. Kegiatan – kegiatan dalam periode 1 tahun tersebut dilaksanakan dan dibagi kegiatannya berdasarkan Unit Kegiatan Mahasiswa yang telah disusun dari masing – masing Unit Kegiatan.
Program – program kerja yang akan dilakukan didasarkan pada kalender rencan kegiatan BEM yang diambil dari hari – hari besar yang dianggap perlu untuk diperingati dengan kegiatan – kegiatan yang bernilai positif dan bermanfaat bagi para Mahasiswa khususnya dan bagi Masyarakat Banjarnegara pada umumnya. Kalender rencana kerja BEM ini disusun agar dapat memandu kerja BEM selama satu tahun kedepan. Kalender rencana kerja BEM yang dimaksud adalah sebagai berikut :
KALENDER RENCANA KERJA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA STIE TAMANSISWA BANJARNEGARA PERIODE 2012 – 2013
1. Badan Eksekutif Mahasiswa a. Hari Wanita Indonesia b. Hari Kartini c. Hari Buku Nasional d. Hari Pasar & Modal Indonesia e. Hari Anak – anak Indonesia f. Hari Departemen Luar Negeri g. Idhul Fitri 1433 H h. Hari Sarjana i. Dies Natalis STIE Tamansiswa Banjarnegara j. Idhul Adha 1433 H k. Hari Kerohanian l. Hari Penderita Cacat m. Hari Ibu n. Hari Farmasi
2. UKM Pecinta Alam a. Hari Kehutanan Dunia b. Hari Air Internasional c. Hari Bumi / Earth Day / KTT Bumi d. Hari Cuci Tangan Sedunia e. Hari Pohon f. Hari Lingkungan Hidup
3. UKM Bakat Minat a. Hari Palang Merah Internasional b. Hari Keluarga Nasional c. Hari Olahraga Nasional d. Hari Kesehatan Nasional e. Hari AIDS Sedunia
4. UKM Seni dan Budaya a. Hari Film Indonesia b. Hari Pendidikan Nasional c. Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia d. Hari Batik Dunia
5. UKM Penalaran
6. Koperasi Mahasiswa (KOPMA) a. Hari Bank Indonesia b. Hari Koperasi Indonesia c. Hari Keuangan d. Tahun Baru Masehi
XII. PENUTUP
Kegiatan – kegiatan yang telah direncanakan tidak dapat terealisasikan tanpa bantuan dari seluruh mahasiswa serta dari pihak kampus STIE Tamansiswa yang menaungi dari pada setiap kegiatan yang dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tamansiswa Banjarnegara. Semoga dengan kerjasama yang baik kegiatan yang akan dilaksanakan berjalan dengan baik.
Bajarnegara, 14 Februari 2012

Sabtu, 18 Februari 2012

Irma Suryati; Cacat namun berbakat.

Situasi Desa Karangsari, Kecamatan Buayan, Kebumen, Jawa Tengah (Jateng) khas daerah pinggiran. Sawah membentang luas, jalan aspal sempit dan masih banyak lalu lalang sepeda onthel. Di desa itulah, Irma Suryati, 35, selama tujuh tahun terakhir bermukim. Di rumah sederhananya itu terpampang berbagai macam hasil kerajinan tangan. Ada keset, tas, hiasan dinding, suvenir dan lain-lain. Itulah hasil kreasi dari para penyandang cacat yang merupakan binaan Irma.

Irma yang mengalami kecacatan pada kakinya karena polio tidak membuatnya rendah diri, apalagi malu sama tetangganya. Semangatnya yang luar biasa telah menjadikannya sebagai perempuan tangguh. Tidak saja dalam membuktikannya bahwa dirinya bisa menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, tetapi juga sebagai ibu yang baik bagi anak-anaknya.

Ketika bertandang ke rumahnya, Irma terlihat masih menyuapi kedua anaknya nomor empat dan lima. “Beginilah saya. Sesibuk apapun kegiatan yang saya lakukan, saya harus tetap menyempatkan untuk anak-anak saya. Pagi hari kegiatannya seperti ini. Memasak, memandikan anak sampai menyuapi. Itu kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Karena buat saya, keluarga adalah segala-galanya,”jelas Irma.

Beberapa kali Irma dengan menggunakan satu penahan kaki dari kayu berdiri, meminta anaknya tidak merangkak ke luar rumah. Suaminya, Agus Priyanto, ikut meminta supaya berhenti merangkak. Ia kemudian memasang satu kaki palsunya. Benar, keduanya memang pasangan penyandang cacat. Tetapi mereka tidak mau menjadi beban masyarakat dan keluarga. “Kami memang ingin mengubah kondisi yang telah ada. Biasanya penyandang cacat dipandang sebelah mata, sebab kondisi umum hanya bisa mengiba. Tidak mau bekerja. Kami ingin semuanya itu diubah dan ternyata bisa,”tandas perempuan yang telah memiliki seabrek penghargaan tersebut.

Kebakaran

Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Semarang, ia tidak melanjutkan kuliah. Ia mendapat terapi kaki yang mengalami lumpuh layu sejak kecil di Rehabilitasi Centrum (RC) atau RS Orthopedi Solo. Di tempat itu, kebetulan banyak juga penyandang cacat. Mereka yang menunggu lama terapinya dilatih kerajinan sesuai bidangnya masing-masing. Di sanalah, ia kecantol sesama pasien yang kini menjadi suaminya.

Setelah selesai terapi, Irma kembali ke Semarang. Bersama Agus yang telah menjadi suaminya, mereka mulai menggeluti usaha kerajinan. Tahun 1999 merupakan tonggak dimulainya usaha di Kota Semarang. Mereka mengumpulkan para penyandang cacat yang kebetulan adalah kawan-kawannya semasa mengikuti pendidikan keterampilan di RC Solo. Usahanya di ibukota Provinsi Jateng itu menuai hasil. Bahkan, mereka bisa merekrut 50 penyandang cacat.

“Selama tiga tahun berusaha, ternyata hasilnya bagus. Sebanyak 50 penyandang cacat menjadi perajin pembuat keset dari kain perca. Masa kejayaan ketika itu tahun 2002. Kami telah memiliki rumah berikut mobil. Karena omzet penjualan hasil kerajinan sudah mencapai miliaran rupiah setiap bulannya. Manajemen juga telah tertata karena sistem produksi dan pemasaran sudah berjalan,”jelasnya.

Tiba-tiba, Irma menghela napas dalam-dalam. Kemudian senyum kecil mengembang. “Jerih payah yang kami rintis selama tiga tahun itu musnah dalam sekejap. Sebab, kompleks kami yang berada di Pasar Karangjati kebakaran. Api menghanguskan seluruhnya. Kami menjadi tidak punya apa-apa lagi. Benar-benar kembali ke titik nol,”lanjutnya.

Awalnya, lanjut Irma, dirinya bersama suami dan anaknya kebingungan. Karena apa yang mereka rintis dari nol ternyata hilang menjadi abu. “Sedih itu pasti. Namun saya yakin Tuhan memiliki rencana lain. Saya percaya itu. Makanya, saya bersama suami tidak larut dalam kesedihan. Untuk menghilangkan trauma itu, kami lalu hijrah ke Kebumen untuk memulai usaha baru. Karena kalau bertahan di Semarang, kesedihan itu pasti akan terus muncul,”kata Irma.

Mulai dari Nol

Meski pernah merasakan kejayaan, langkah awal tetap saja sulit. Setelah hijrah ke Kebumen, Irma mulai merangkai rencana dan memupuk harapan. Dengan gigih, ia bertekad bertemu dengan Bupati Kebumen saat itu yakni Rustriningsih yang kini menjadi Wakil Gubernur Jateng. Bertemu dengan pejabat ternyata tidak segampang yang ia bayangkan. Bahkan, ia sempat ditolak berkali-kali karena dikira ingin meminta sumbangan. Maklum, Irma datang ke kantor kabupaten dengan menggunakan tongkat penahan kakinya yang cacat.

“Seperti pandangan orang kebanyakan, biasanya kalau yang datang orang cacat hanya meminta sumbangan. Waktu itu, saya telah jelaskan bahwa saya ke kabupaten untuk berdiskusi dengan bupati. Berkali-kali memang tidak dibolehkan. Tetapi saya tetap nekad harus bertemu bupati. Alhasil memang bisa bertemu. Saya kemudian paparkan maksud saya yang ingin mengumpulkan penyandang cacat untuk bersama-sama berusaha mengembangkan kreatifitas. Sungguh, tanggapan Bu Rustriningsih sangat positif,” kenang Irma mengingat waktu bersejarah itu.

Gayung bersambut, Rustriningsih secara resmi mengundang seluruh penyandang cacat di seluruh Kebumen. Jumlahnya sekitar 300 orang. Di situlah para penyandang cacat berembuk. Terbentuklah paguyuban penyandang cacat yang diketuai oleh Irma. Bahkan kemudian mereka sepakat untuk membuka usaha. “Pemkab benar-benar peduli dengan memberikan modal dan mengontrak sebuah rumah di Sruweng, Kebumen sebagai tempat usaha,”jelasnya.

Dengan pengalaman semasa membuka usaha di Semarang, Irma mulai bangkit. Meski penyandang cacat dari 26 kecamatan yang ada di Kebumen hanya berjalan di 17 kecamatan. “Itu wajar saja, karena tidak semua penyandang cacat bisa menekuni bidang pembuatan keset. Setelah mulai berkembang, saya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Desa Karangsari, Kecamatan Buayan sekalian membangun rumah sendiri. Itu sudah menjadi niat saya dan telah saya utarakan ketika paparan di depan bupati,”lanjutnya.

Menuai Hasil

Tak terasa oleh ibu beranak lima tersebut, kalau dirinya sudah sewindu berjerih payah membangun kembali usahanya di Kebumen. Perjalanan waktu yang sudah cukup panjang itu, kini menunai hasilnya. Saat ini, Irma telah memiliki 2.500 perajin, 150 di antaranya adalah para penyandang cacat. Ia mengakui kalau tidak seluruh perajin yang dibinanya aktif, karena sebagian memang hanya sambilan. Yang aktif hanya sekitar 750 perajin.
Namun demikian, secara konsisten telah mampu menghasilkan keset 20 ribu per bulan.

“Setiap bulannya omzetnya setidaknya 20 ribu. Itu adalah keset yang setiap bulan sudah pasti dipasarkan di Jakarta. Harganya rata-rata Rp4 ribu per buah. Namun masih ada produk kerajinan lainnya di antaranya adalah tas dan suvenir kecil-kecil. Khusus untuk keset, ada juga yang telah diekspor sampai ke Australia. Harganya cukup lumayan, per biji Rp35 ribu. Tiap bulannya, kini kami bisa mengekspor 500 biji buah. Bentuknya macam-macam, ada bentuk hati, tokoh kartun, bunga dan lainnya,”jelasnya.

Sebetulnya, lanjut Irma, pasar masih terbuka sangat lebar. Sebab, untuk mencukupi kebutuhan pasar Jakarta saja belum mampu. “Kebutuhan sebetulnya mencapai 60 ribu biji, namun kami baru mampu memasok 20 ribu. Padahal, sudah cukup banyak yang menjadi mitra, tidak hanya para penyandang cacat. Yang menjadi mitra saya, nanti saya kasih bahannya yang berasal dari kain sisa dengan harga Rp1.000 per kilogram (kg). Kemudian setor lagi ke saya untuk dipasarkan Rp3.000 per kg. Pekerjaan dilaksanakan di rumahnya masing-masing, jadi yang menentukan waktu dan lama pengerjaan para pekerja sendiri,”katanya.

Pasar yang masih terbuka tersebut membuat Irma bergerilya untuk memperbanyak tenaga kerja. Bahkan, kini ia juga mulai merambah kepada ibu-ibu PKK dan menjadi instruktur para waria dan pekerja seks komersial (PSK) yang didampingi lembaga Biyung Emban, sebuah LSM di Purwokerto. “Saya secara rutin juga memberikan pelatihan kepada ibu-ibu PKK di Kebumen dan daerah lainnya. Bahkan, terkadang ke luar Jawa seperti Manado dan Bali. Ya, pokoknya saya berangkat karena semakin banyak orang yang bisa berarti mereka akan memperoleh tambahan penghasilan. Apalagi kalau yang meminta adalah penyandang cacat, saya usahakan berangkat. Saya juga diajak oleh Menpora waktu itu, Pak Adhyaksa Dault ke Melbourne, Australia mewakili Indonesia dalam pameran kerajinan. Padahal pameran itu sebetulnya untuk umum, bukan penyandang cacat. Benar-benar membanggakan karena kami penyandang cacat setara dengan orang normal,”ungkapnya.

Cita-cita Irma ternyata tidak mandek di situ. Ia kini membangun rumah bagian belakang dengan ukuran sekitar 7 m x 9 m. Meski tergolong kecil, tetapi rumah yang hampir selesai tersebut akan dipakai untuk menampung para penyandang cacat. Mereka bakal bekerja dan diberikan tempat menginap. “Kami memang menyiapkan tempat bagi penyandang cacat yang rumahnya jauh. Jika mau menginap, silakan saja, tetapi tempatnya juga sederhana seperti ini. Di sini bisa dijadikan pusat usaha penyandang cacat. Niat saya memang bagaimana para penyandang cacat bisa lebih kreatif dan mereka mampu mandiri. Itu secara langsung akan mengangkat martabat penyandang cacat dan mengubah pandangan masyarakat kalau penyandang cacat hanya bisa mengiba dengan menjadi seorang peminta-minta,”tandasnya. (liliek dharmawan)